Onggo-Inggi Sungai Dengkeng
Sore itu menantu Mbah Gondo terlibat percekcokan kecil dengan isterinya, namun demikian masalahnya tidak segera selesai. Mbah Gondo masih terus saja mengomel sepanjang waktu seperti burung murai yang sudah jadi.
Namun demikian laki-laki itu agaknya sudah terbiasa, dengan santainya ia malah mengambil nasi didalam cething.
“Lawuhe ndi mbok?” Karena Mbah Gondo tidak menyahut, akhirnya ia beranjak dari duduknya dan memeriksa glodok tempat menyimpan makanan. Tetapi yang ditemukannya hanya sambel terasi yang tinggal sedikit, dengan muka memberengut akhirnya ia memakan juga nasi itu.
“Edan pedes tenan”. Dengan mata melotot ia mengunyah nasi sambel itu, beberapa kali ia minum dari kendi tetapi rasa-rasanya mulutnya seperti mengunyah bara. “Lombok’e mesti methik neng neroko”. Laki-laki itu berdesis.
Sementara itu diruang sebelah Mbah Gondho masih terus mengomeli menantunya yang masih muda itu akhirnya tidak tahan juga. Dengan tiba-tiba ia menyentakkan meja didepannya, tentu saja barang-barang yang berada diatasnya berantakan semua. Gelas, kendi dan lemper berisi sambel ikut pula jatuh ke lantai.
Namun demikian barang-barang itu tidak ada yang pecah, karena lantainya memang masih tanah.
Sambil menyalakan rokok ia bergegas meninggalkan rumah, namun baru beberapa langkah dari pintu perutnya tiba-tiba saja melilit perih. Dalam hati ia merasa kalau dirinya telah kualat kepada istri dan mertuanya, tetapi perasaan itu selalu dibuangnya jauh-jauh. Bahkan ia beberapa kali melakukan tindakan yang lebih keras.
Karena tidak tahan lagi akhirnya ia menuju WC terpanjang di daerah itu untuk buang air besar. Ketika melewati rumah Ki Sukir ia sempat berpapasan dengan Mangun dan Coco Kuncung.
“Neng ndi kang?” Sapa Mangun ramah.
“Ngising!” sahut Menantu Mbah Gondo singkat, sambil berlari-lari kecil ia segera menuju tanggul didepan rumah Ki Dirjo yang kosong.
Setelah berada di pinggir kali ia melepas sendalnya dan segera melorotkan celananya, seperti suara baju robek beban yang sudah ditahannya itu keluar tanpa terkendali.“brrreeeeetttttt….tettt….tetttt..tet…..te…ttttt…srrrr…serrrrr….”. Untunglah badannya sudah menghadap ke tanggul sehingga ia dalam posisi membelakangi sungai, beruntunglah benda kekuning-kuningan itu semuanya telah berada diair.
Namun karena dibagian pinggir airnya tidak mengalir dan hanya sebatas mata kaki, maka kotoran itu tetap tinggal dan telah membentuk garis lurus yang panjangnya hampir dua meter. Sambil mengamati jijik akhirnya laki-laki itu berpindah agak ketengah sehingga beberapa bagian tubuhnya terendam air, hal ini menyebabkan ia merasa sejuk.
Sambil melamun pikirannya telah membayangkan sabung ayam yang akan dilakukannya besok pagi, jika menang ia akan menyerahkan sebagian besar uangnya kepada mertuanya. Dengan demikian maka orang tua itu akan lebih menghargainya walaupun untuk beberapa saat.
Namun tanpa disadarinya ada satu makhluk air yang menyerupai cumi-cumi besar merayap mendekatinya. Laki-laki itu hanya merasa kalau (maaf) bagian bawah tubuhnya telah dicebokin seseorang, namun demikian ia tidak menjadi takut.
Menantu Mbah Gondo itu merasa kalau itu hanyalah ikan wader yang memang banyak terdapat disungai itu, lalu dengan tangan kirinya ia menepis benda yang menyentuhnya itu. Tetapi terkejutlah ia bahwa tangan kirinya telah ditepis pula oleh makhluk yang disangkanya ikan itu, ia masih menyangka kalau ikannya tentulah ikan yang besar.
Maka dengan dongkol ia menggunakan tangan kanannya untuk mengusir makhluk yang disangkanya ikan itu, tetapi agaknya makhluk itu juga merasa jengkel sehingga tanpa disangka kedua tangan yang berada diair itu serasa dipegang oleh tangan yang halus dan licin.
Belum usai dengan rasa kagetnya maka ia merasa telah dicebokin lagi seperti anak kecil yang selesai buang air besar dan dibersihkan oleh ibunya, dengan ngeri ia sekuat tenaga meronta dan menengok kebawah.
Dilihatnya bayangan putih berada diantara kedua kakinya dengan tangan banyak sekali menyerupai cumi-cumi besar. Setelah beberapa saat berteriak dan meronta akhirnya makhluk air itu melepaskannya juga. Tanpa membuang waktu Menantu Mbah Gondo lari tunggang langgang dengan mendekap celananya yang masih berantakan.
Ketika ia sampai didepan rumah Ki Sukir ia bertemu lagi dengan Mangun & Coco Kuncung yang sedang berjalan menuju kearah sungai.
“Ono opo mas?” Tanya mangun keheranan
“Onggo Inggi”. Jawab Menantu Mbah Gondo singkat.
Sambil perpandangan Kuncung dan Mangun tersenyum heran.
“Uwis tuo kok ijik percoyo onggo inggi”. Sahut Kuncung
“Ijik wani ngising ra Kun?” Tanya Mangun. Sebenarnya kedua orang ini memang akan buang air besar di Sungai Dengkeng, namun agaknya mereka menunggu hari sedikit gelap karena malu terhadap beberapa anak gadis yang rumahnya disamping tanggul sungai.
“Kenopo ra wani Ngun”. Sahut Kuncung. Akhirnya mereka berdua menuju pinggir sungai itu. Tetapi alangkah terkejutnya ketika mereka melihat sendal Menantu Mbah Gondo yang tertinggal
“Wah sendale ketinggalan”. Dengan reflek Mangun akan memungut sendal itu dan berencana untuk mengembalikannya.
“Awas, ojo Ngun!”
Teriak Kuncung sambil menunjuk garis lurus kuning membujur diantara sendal itu.
Ketika Mangun mengamatinya maka sambil menutup mulutnya ia langsung meninggalkan sungai itu.
Hampir muntah Mangun berjalan menuju sumur Ki Warno, dengan cepat ditimbanya air dan dicucinya tangan serta kakinya berulang-ulang.
Sementara itu Kuncung hanya tertawa tanpa henti, tetapi tidak demikian dengan Mangun. Sambil misuh-misuh ia masih saja mencuci tangannya.
Mas mimik yang kebetulan berada di gandok belakang lalu keluar mendengar keributan itu.
“Ono opo Kun?” Tanya mas Mimik sambil memegang piring.
“Ono Onggo-inggi mas neng kali”. Jawab Kuncung
“Ho’o mas ono onggo-inggi”. Jawab Mangun, sekarang dirinyalah yang terpingkal-pingkal tanpa henti.
Sementara itu Mas Mimik tidak menghiraukan lagi kedua anak muda itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jorok banget mas, tapi bagus sih critanya
BalasHapusgilaaa.bagus bro!
BalasHapusini cerita beneran ada?
Bolpoz thok iki!! wahahahahah
BalasHapusNggilani thok
BalasHapusonggo inggi katanya dulu ada di sungai2 daerahku, yaitu makhluk halus yang hanya terdiri dari kepala tetapi dengan rambutnya yang menyerupai tangan, dia bisa menyeret orang hingga tenggelam dan tidak ditemukan lagi
BalasHapusIya betul.dkmpung saya juga ada
Hapusngeri-ngeri nggilani critane mas
BalasHapusLha kui cerak sandal opo kui kang... Goro goro onggo inggi hahahah
BalasHapusDi bengawan solo juga ada broo
BalasHapusHiyek...
BalasHapusApikk..😂😂
BalasHapusSaee mass...
BalasHapusLOOOOSSSS STROME pokoke...